Beranda | Artikel
Makna Syahadat yang Sebenarnya - Syaikh Shalih Alu asy-Syaikh #NasehatUlama
Rabu, 3 Agustus 2022

Syahadat (bersaksi) esensinya adalah
lafaz yang mencakup keyakinan
dan perkataan, serta pengabaran
yang merupakan pemberitahuan.

Berdasarkan hal inilah para Salaf menafsirkan kata “bersaksi”.
Jadi, firman Allah Jalla wa ʿAlā
“Allah bersaksi bahwa tidak ada tuhan (yang benar) selain Dia; (dan bersaksi pula) para malaikat dan orang berilmu yang menegakkan keadilan.” (QS. Ali ‘Imran: 18)

“Allah bersaksi …”

Apa maksudnya bahwa Allah bersaksi?

Maknanya, bahwa sesuatu apabila bersaksi
maksudnya ia memberitahu dan mengabarkan.

Jadi, kesaksian seorang Muslim bahwa tiada Tuhan yang benar kecuali Allah,
tidaklah benar jika disembunyikan.

Inilah syahadat (kesaksian).

Barang siapa yang bersaksi demikian dengan hatinya,
akan tetapi tidak menampakkan kesaksian ini
tanpa uzur syar’i,
maka kesaksiannya tidak dianggap.

Bahkan menjadi keharusan dalam kesaksian,
secara makna lafaz yang ditunjukkan oleh bahasa
dan juga yang ditunjukkan oleh dalil syariat,
kesaksian harus disertai dengan menampakkan.

Ini selaras dengan makna Islam,
yang merupakan amalan-amalan lahiriah.

Jadi, masuknya Syahadatain dalam rukun Islam
yang merupakan amalan lahiriah merujuk pada makna syahadat tersebut,
yaitu syahadat yang bermakna menampakkan,
yakni setelah meyakininya,
kemudian menampakkan, memberitahu, atau menyiarkan.

Dari sinilah keyakinan, keyakinan dalam dua kalimat syahadat,
tercakup di dalamnya,
karena dalam makna “bersaksi”
mencakup semua rukun-rukun iman.

====

وَالشَّهَادَةُ فِي نَفْسِهَا

لَفْظٌ فِيهِ الْاِعْتِقَادُ

وَالتَّحَدُّثُ وَالْإِخْبَارُ

الَّذِي هُوَ الْإِعْلَامُ

وَعَلَى هَذَا فَسَّرَ السَّلَفُ كَلِمَةَ شَهِدَ

فَقَوْلُهُ جَلَّ وَعَلَا

شَهِدَ اللهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ

وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ

شَهِدَ اللهُ

مَا مَعْنَى أَنِ اللهُ يَشْهَدُ؟

بِمَعْنَى أَيِّ شَيْءٍ يَشْهَدُ

بِمَعْنَى يُعْلِنُ وَيُخْبِرُ

فَإِذَنْ شَهَادَةُ الْمُسْلِمِ بِأَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ

لَا تَسْتَقِيمُ مَعَ كِتْمَانِهِ

هَذِهِ الشَّهَادَةُ

فَمَنْ شَهِدَ ذَلِكَ بِقَلْبِهِ

وَلَمْ يُظْهِرْ هَذِهِ الشَّهَادَةَ

دُونَ عُذْرٍ شَرْعِيٍّ

فَإِنَّهُ لَا شَهَادَةَ لَهُ

بَلْ لَا بُدَّ فِي الشَّهَادَةِ

مِنْ حَيْثُ اللَّفْظُ الَّذِي دَلَّتْ عَلَيْهِ اللُّغَةُ

وَأَيْضًا مِنْ حَيْثُ الدَّلِيلِ الشَّرْعِيِّ

لَا بُدَّ فِيهَا مِنَ الْإِظْهَارِ

وَهُوَ الْمُوَافِقُ لِمَعْنَى الْإِسْلَامِ

الَّذِي هُوَ الْأَعْمَالُ الظَّاهِرَةُ

فَإِذَنْ دُخُولُ الشَّهَادَتَيْنِ فِي الْإِسْلَامِ

الَّذِي هُوَ الْأَعْمَالُ الظَّاهِرَةُ رَاجِعٌ إِلَى مَعْنَى الشَّهَادَةِ

وَهُوَ أَنَّ مَعْنَى الشَّهَادَةِ الْإِظْهَارُ

يَعْنِي بَعْدَ الْاِعْتِقَادِ

الْإِظْهَارُ وَالْإِعْلَامُ وَالْإِخْبَارُ

وَهُنَا يَأْتِي الْاِعْتِقَادُ… اعْتِقَادُ الشَّهَادَتَيْنِ

يَرْجِعُ إِلَيْهِ

لِأَنَّهُ فِي مَعْنَى شَهِدَ

يَرْجِعُ إِلَيْهَا أَرْكَانُ الْإِيمَانِ جَمِيعًا


Artikel asli: https://nasehat.net/makna-syahadat-yang-sebenarnya-syaikh-shalih-alu-asy-syaikh-nasehatulama/